Mbah Yai Idris pernah bercerita, suatu ketika, KH. Mahrus Ali Lirboyo disowani oleh seorang alumni yang usahanya bangkrut.
Setelah didawuhi oleh mbah yai Mahrus, akhirnya si alumni bercerita tentang ihwal usahanya.
“Begini mbah yai, dulu setelah tamat saya pulang ke rumah dan memulai usaha dengan berjualan bambu. Alhamdulillah, lantaran berkah doa mbah yai, usaha saya lambat laun berkembang. Awalnya, untuk mengantar bambu pesanan pelanggan saya memakai gerobak dorong.”
Setelah menghela nafas, si alumni melanjutkan ceritanya. “Lima tahun kemudian, dari tabungan hasil jualan bambu, alhamdulillah saya bisa membeli sebuah truck untuk kendaraan operasional dan usaha jualan bambu saya maju pesat. Jika sebelumnya dengan menggunakan gerobak dorong saya hanya bisa melayani pelanggan di desa saya dan desa-desa sekitarnya, begitu saya memiliki truck akhirnya saya bisa melayani penjualan bambu sampai ke luar kota.”
Setelah disilahkan untuk minum teh oleh mbah yai Mahrus, si alumni kembali melanjutkan ceritanya. “Karena permintaan bambu dari luar kota semakin banyak, sementara kendaraan angkutnya cuma satu unit, akhirnya saya membeli lagi kendaraan pengangkut bambu secara bertahap sampai 10 unit truck. Dan alhamdulillah mbah yai, usaha sayapun melebar. Dari hanya jualan bambu, kemudian saya mencoba untuk membuka usaha baru jasa angkutan. Dan usaha baru saya ini maju pesat, bahkan lebih pesat dibanding usaha jualan bambu.”
Setelah diam sesaat, si alumni bercerita lagi. “Tapi entah kenapa, setelah itu penghasilan yang saya peroleh dari hasil jualan bambu semakin hari semakin menyusut. Memang masih ada laba, tapi tidak seberapa, malah kadang-kadang tidak ada laba sama sekali. Sementara untuk usaha jasa angkutan saya terus meningkat. Karena saya tidak ingin terlalu repot, akhirnya usaha jualan bambu saya tutup dan saya fokus pada usaha jasa angkutan.”
“Setelah kamu fokus pada jasa angkutan, bagaimana perkembangan penghasilanmu selanjutnya?”, tanya mbah yai Mahrus menimpali.
Si alumni menjawab, “Anu mbah yai, awalnya masih lancar dan penghasilan saya tetap besar. Tapi setelah itu usaha jasa angkutan saya menyusut karena banyak saingan dan akhirnya satu persatu truck yang ada saya jual semua untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sayapun menjadi bangkrut.”
Mbah yai Mahrus dawuh,“Heemmm…, lha itu salahmu. Wong jualan bambu itu yang mengantarkan kamu bisa membeli truck sampai 10 unit dan hidup berkecukupan, koq malah ditutup.”.
0 komentar:
Posting Komentar