Meskipun situasi kekinian marak muncul orang atau kelompok yang antipati dengan membid'ahkan orang yang mengekspresikan cintanya kepada Rasulullah dengan membaca sholawat untuk Nabi Muhammad SAW, namun ratusanSantri Madrasah Nahdlatul Ulama Buaran di Kota Pekalongan, dengan nada indah rutin melantunkan Sholawat pada kitab al-barzanji di setiap malam jum'at.
Dikalangan Nahdlatul ulama sebenarnya membacakan sholawat nabi sudah jelas hukumnya, adakalnya wajib (harus dibaca) seperti dalam sholat, ketika seorang muslim sampai pada posisi tawaruq maka wajiblah ia membacakan sholawat untuk nabi, tanpa sholawat maka batalah sholatnya, sedangakan adakalnya sunnah (ditinggal tidak berdosa dilakukan lebih baik) berada diluar sholat. Bahkan beberpa kalangan yang berthariqah (menapaki jalan suci), membaca sholawat tertentu seperti sholawat qodiriyah, naqshabandiyah sudah menjadi kewajiban, karena hal demikian tidak lain sebab keberadaan nash (dalil hukum Islam) yang ada pada para ulama (salafus shalikh). bahkan tidak hanya demikian, dikalangan pelajar (santri), rutinitas bersholawat bisa menjadi metode belajar karakter dimasayarakat, seperti yang dilakukan di Madrasah Diniyyah Nahdlatul Ulama (MADIN NU) Buaran Pekalongan.
Dikalangan Nahdlatul ulama sebenarnya membacakan sholawat nabi sudah jelas hukumnya, adakalnya wajib (harus dibaca) seperti dalam sholat, ketika seorang muslim sampai pada posisi tawaruq maka wajiblah ia membacakan sholawat untuk nabi, tanpa sholawat maka batalah sholatnya, sedangakan adakalnya sunnah (ditinggal tidak berdosa dilakukan lebih baik) berada diluar sholat. Bahkan beberpa kalangan yang berthariqah (menapaki jalan suci), membaca sholawat tertentu seperti sholawat qodiriyah, naqshabandiyah sudah menjadi kewajiban, karena hal demikian tidak lain sebab keberadaan nash (dalil hukum Islam) yang ada pada para ulama (salafus shalikh). bahkan tidak hanya demikian, dikalangan pelajar (santri), rutinitas bersholawat bisa menjadi metode belajar karakter dimasayarakat, seperti yang dilakukan di Madrasah Diniyyah Nahdlatul Ulama (MADIN NU) Buaran Pekalongan.
Menurut Kepala Madrasah Ust. Fathurrahman, Kegiatan yang diberi nama "JAM'IYYAHAN" tersebut, selain untuk mengamalkan ajaran agama berdasarkan tradisi yang ada sejak dahulu juga sebagai metode pembelajaran untuk para santri. "Saya mengharap kegiatan Jam'iyyahan yang dilakukan setip malam jum'at dalam satu bulan itu, bukan hanya rutinitas keagamaan saja, melainkan bisa menjadi metode pembelajaran bagi para santri untuk bisa tampil dimasyarakat."
lebih lanjut kepala madrasah menjelaskan, dalam kegiata Jam'iyyahan yang dilakukan setiap malam jumat itu, seluruh petugasnya adalah santri yang sudah diberikan materi oleh dewan asatidz (guru), baik mulai dari Pembawa Acara, Qori', Khitobah, dan Pembaca Sholawat, dimana diharapkan para santri bisa berperan dimasyarakat, mulai di tingkat RT atau Musholla setempat. "dengan dilatihnya santri tentang bagaimana caranya menjadi pembawa acara, membaca al-qur'an sebagai qori' dan bersambutan, nantinya bisa berkiprah dimasyarakat, ya setidaknya di tingkat rt atau di musholla setempat." tambah kepala madarsah
Sementara itu, salah satu santri madrasah diniyyah nahdlatul ulama kelas 3 yang bertugas sebagai qori' yang bernama Naila Rizqia Azhar menuturkan kebahagiaanya, "al-Hamdulillah semenjak diajarin qiro' sama pak nafi', setidaknya saya bisa qiro, walaupun belum bagus banget, tapi saya tau nada hijaz dan lainya. tuturnya.
(H-009)
(H-009)
0 komentar:
Posting Komentar